Tak Punya Tangan dan Kaki, Menggelindingkan Badan Demi Shalat Jamaah


Saat orientasi siswa tahfidz bersama Ustadz Yusuf Mansur (Facebook.com/adam.jkt)

Apa alasan kita tidak shalat jamaah? Banyak. Lelah, capek, nggak enak badan, sibuk, rumah jauh dari masjid, dan beribu alasan lainnya.
Di antara alasan-alasan itu, sebenarnya bukanlah penghalang dalam shalat berjamaah. Jika bersungguh-sungguh, mayoritas alasan itu bisa ditepis dengan mudah.
Mari belajar dari saudara kita ini. Ia tidak memiliki tangan dan kaki. Tentu karenanya ia tidak bisa berjalan. Namun… kondisi fisik yang jauh dari sempurna tersebut tidak menghalanginya untuk shalat jamaah.
Adam Ibrahim menuturkan, saudara kita ini usianya 17 tahun. Meski tak punya tangan dan kaki, ia merupakan orang yang kuat melaksanakan shalat jamaah di masjid, lima waktu. “Saat mencari shaf ia menggelindingkan badannya karena tidak bisa berjalan. Dan pada saat shalat posisinya hanya bisa berbaring,” tuturnya. “Kini ia jadi santri ponpes Darul Quran karena ingin menghafal Al Qur’an.”
Masya Allah… tidakkah kita malu pada saudara kita ini? Kita sehat, memiliki fisik yang lengkap, namun kerap meninggalkan shalat jama’ah. Menjawab pertanyaan teman di dunia, kita bisa beralasan. Namun bagaimana jika Allah yang bertanya di yaumul hisab?
“Capek ya Allah”
“Rumah jauh ya Allah”
Begitukah jawaban kita?
Lalu bagaimana jika Allah mendatangkan orang-orang seperti saudara kita ini. “Ini saudaramu. Ia tidak memiliki tangan dan kaki. Ia menggelindingkan badannya demi mendapatkan shaf depan saat shalat jamaah. Apakah ia tidak capek, tidak lelah?” Apa jawaban kita?
Atau Allah mendatangkan orang seperti Syaikh Ahmad Yasin. “Ini saudaramu. Ia lumpuh. Tak bisa menggerakkan tangan dan kaki. Bahkan tak bisa menolehkan kepala dengan mudah. Namun ia tetap shalat jamaah.” Lalu apa jawaban kita?
Pernah seorang yang buta menghadap Rasulullah. Ia mengadukan bahwa ia tidak memiliki penuntun jalan untuk mendampinginya ke masjid. Maka ia pun meminta keringanan untuk tidak shalat jamaah di masjid, hanya shalat di rumah. Rasulullah pun memberinya keringanan. Namun saat lelaki tersebut beranjak, Rasulullah memanggilnya kemudian bertanya. “Apakah engkau mendengar adzan?” Laki-laki buta itu menjawab, ”Ya”. Lantas Rasulullah bersabda, “Penuhilah seruan (adzan) itu.”
Jika yang buta saja tetap diperintahkan untuk shalat jamaah, betapa selama ini kita yang fisiknya sempurna telah lalai dengan beragam alasan untuk tidak menuju masjid saat adzan telah berkumandang.