Jangan marah jika anda baru membaca judul tulisan ini. Jangan pula langsung mencaci maki apalagi menuduh jahat kepada penulisnya. Jangan juga langsung menyetujui jika anda belum membaca hingga huruf terakhir.
Di dalam surat Ali ‘Imran [3]: 14, Allah Ta’ala berfirman,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Wanita disebutkan sebagai salah satu kesukaan seorang laki-laki. Bahkan wanita ditempatkan di urutan pertama sebagai salah satu penekanan dan banyaknya laki-laki yang memiliki kecenderungan menyukai wanita dibanding kesukaan lain, seperti harta benda, kendaraan, emas, perak, dan sebagainya.
Wanita disebutkan sebagai salah satu kesukaan seorang laki-laki. Bahkan wanita ditempatkan di urutan pertama sebagai salah satu penekanan dan banyaknya laki-laki yang memiliki kecenderungan menyukai wanita dibanding kesukaan lain, seperti harta benda, kendaraan, emas, perak, dan sebagainya.
Wanita adalah ujian (fitnah). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa tidak ada fitnah yang lebih berat bagi seorang laki-laki dibanding fitnah kaum wanita.
Kabar baiknya, Islam memberikan jalan yang sangat baik kepada kaum laki-laki terkait fitrahnya ini. Ialah menikah yang merupakan salah satu sunnah nan mulia. Jika diniatkan untuk menjaga kesucian diri dan memperbanyak keturunan, tutur Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, “Maka hal itu sangat diharapkan, dianjurkan dan disunnahkan.”
Nah, kaitannya dengan judul dalam tulisan ini, Imam Ibnu Katsir-lah yang mengutip sebuah hadits shahih ketika menafsirkan ayat 14 surat Ali ‘Imran ini.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Dan sebaik-baik umat ini,” lanjut Nabi, “adalah yang paling banyak istrinya.” Paling banyak dalam hadits ini maknanya tidak melebihi jumlah yang disyariatkan.
Senada dengan riwayat tersebut, Imam an-Nasa’i, Ibnu Majah dan Muslim juga meriwayatkan hadits serupa:
“Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik baik perhiasan adalah wanita shalihah.”
Bagaimanakah kriteria wanita shalihah yang disebutkan dalam hadits ini?
JIKA DIPANDANG
Laki-laki diciptakan dengan tabiat memiliki kesukaan visual. Maka mereka menyukai semua yang menarik dalam pandangan matanya; cantik, putih, lekukan simetris, proporsional, dan gambaran keindahannya.
Lalu, bagaimanakah wanita shalehah itu? Apakah ia merupakan sosok yang paling bening wajah dan dan kulitnya? Paling proporsional ukuran tubuhnya? Atau yang lainnya?
Ternyata, disebutkan dalam hadits ini, wanita shalehah ialah mereka yang senantiasa menentramkan jiwa (hati) saat dipandang (oleh suaminya). Selain menentramkan, seorang istri shalehah juga menyenangkan; senantiasa tersenyum, perkataan yang lembut dan santun, serta teduh tatapannya.
JIKA DIPERINTAH
Jangan pernah berpikir bahwa istri adalah pembantu yang bisa disuruh-suruh seenaknya sendiri. Memang, wanita shalehah adalah mereka yang taat ketika diperintah. Namun, ketaatannya itu terbatas hanya pada perintah suami yang sesuai dengan perintah Allah Ta’ala dan Sunnah Rasul-Nya.
Jika seorang suami mengajak atau memerintahkan untuk bermaksiat, maka seorang istri akan menyelisihinya dengan cara yang baik, kemudian mengingatkan suami agar senantiasa berada dalam syariat Allah Ta’ala.
JIKA JAUH
Seorang suami-istri tidak selalu bersama. Adakalanya mereka terpisah jarak sebab kewajiban suami mencari nafkah atau keperluan jihad. Maka seorang istri yang shalehah ialah sosok yang menjaga diri dari maksiat saat jauh dari suaminya. Selai itu, ia akan menggunakan harta suami dengan cara yang baik; yaitu mengggunakannya untuk ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita suami yang shaleh atau istri yang shalehah. Dan, sebaik-baik suami adalah mereka yang paling baik kepada istri, anak-anak dan keluarganya. Juga, mengutip hadits di atas, “Yang paling banyak istrinya.”