Anak Pedagang Kantung Plastik Ini Jenius, IQ nya 130 !

Ghatara anak jenius dan ibunya Purwanti Fatima meminta bantuan ke anggota Dewan Kota Bogor untuk pendidikan anaknya


 Ghatara Cosmo Arribath Jofano (8) hanya anak seorang penjual kantung plastik di Pasar Kebon Kembang, Kota Bogor.
Hidupnya pas-pasan dan tidak memiliki tempat tinggal.
Tapi, siapa yang menyangka kalau anak ini jenius memiliki IQ 130 diatas rata-rata orang Indonesia.
Sebelumnya setiap malam, Ghatara dan ibunya Purwanti Fatima Kusnan (45) tidur di emperan toko.
Tapi saat ini, Fatima dan anaknya bisa tidur lebih layak setelah diberikan bantuan rumah kontrakan oleh Baznas Kota Bogor.
Saat ini Purwanti Fatima Kusnan sedang berusaha mencari bantuan beasiswa untuk menyekolahkan anaknya.
Fatima pun mencoba mencari peruntungan dengan datang ke Kantor DPRD Kota Bogor.
"Saya mau ketemu pak Ujang Sugandi (anggota DPRD), saya mau minta bantuan," kata Fatima kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (10/12/2015).
Sejak Juni 2015 lalu, Fatima hidup menjanda karena ditinggal pergi suaminya.
Selama hampir tujuh bulan lebih, Fatiam dan Ghatara menjadi tunawisma.
"Kami tidak punya rumah, tidur di emperan toko Pasar Anyar," ujar wanita kelahiran 1970 ini.

TribunnewsBogor.com/Ardhi Sanjaya
Namun, kondisi ini tidak membuatnya putus asa, Ghatara tetap sekolah di Klinik Pendidikan Mipa (KPM) di Laladon, Bogor Barat, Kota Bogor.
"Sebelumnya sekolah di MI Persis dan SDN Perwira, tapi sistem belajar dan lingkungan tidak cocok dengan anak saya," katanya.
Ghatara merupakan anak berprestasi dengan IQ 130.
Anak itu sudah meraih 5 piagam serta 2 piala setelah mengikuti perlombaan baca tulis hitung (calistung), lomba matematika, serta finalis Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Aksioma Madrasah Ibtidaiyah Tingkat Provinsi Jawa Barat.

TribunnewsBogor.com/Ardhi Sanjaya
"Anak saya mewakili Bogor, anak saya mengharumkan nama kota ini, sekarang saya mencari sekolah indukan untuk anak saya," ujarnya.
Sebab, untuk sekolah yang saat ini hanya berbentuk home schooling karena tidak memiliki sekolah induk.
"Yang ada nanti malah jadi paket A, saya tidak mau, makanya saya mau minta bantuan ke dewan untuk memperhatikan anak ini," katanya.(*)