Foto di Media Sosial Bisa Mengotori Hati


Sahabat Muslimah, Mungkin saudara juga mengetahuinya. Misalnya setiap ada tamu di Daarut Tauhiid, potretnya kemudian dipajang atau dipamerkan. Saya yakin bahwa yang begitu dosa. Untuk itu saya mohon ampunan Allah SWT.
Jadi, bersyukur dan memamerkan foto itu berbeda. Kita bersyukur kepada Allah, bukan dengan memamerkannya melalui foto. Misalkan nikmat berumah tangga. Maka syukur kita kepada Allah adalah bagaimana berupaya menjadi orang yang dicintai Allah dengan diberi-Nya rumah tangga.
Seperti menjadikan keluarga sebagai ladang amal. Suami adalah ladang amal bagi istri, istri ladang amal bagi suami, dan anak-anak ladang amal bagi orangtua. Dengan begitu, ketika misalnya ada suatu persoalan, kita bisa tetap bersabar mengadapinya. Bukan langsung dibubarkan. Kita ingat bahwa Allah yang telah memberikan kita karunia berumah tangga.
Berbeda kalau memamerkan potret. Ketika terjadi suatu persoalan dalam keluarga, bisa jadi potret itu yang pertama kali dihapus. Memang kemesraan yang dipamerkan itu, baik lewat potret atau di depan umum, tidak akan menjamin sakinah. Sakinah datangnya dari Allah.
Jadi, boleh saja kalau kita mau memasang potret di media sosial, asalkan proporsional. Proporsional contohnya saat suami dan istri berpegangan tangan ketika menyeberang jalan. Kemesraannya tidak dipamerkan di sepanjang jalan. Tidak berlebihan seperti saling menyapa “Hai Zay!” ketika di dalam angkot. Nanti angkotnya bisa langsung berhenti, karena supirnya bernama Zaynal.
Nah, saudaraku. Terhadap nikmat apa saja, kalau kita mau memasang potretnya di Facebook, BBM atau Twitter, harus benar-benar diperiksa terlebih dulu dilubuk hati terdalam. Apa sebetulnya maksud kita memasang potret itu?
Kita periksa mulai dari foto diri sendiri. Misalkan dari banyak foto, mengapa memilih foto yang agak buram? Karena merasa yang lain tampak jelas kurang mancung. Atau, mengapa bukan foto yang sedang menguap yang difoto diam-diam oleh teman? Takut dianggap jelek. Yang begitu berarti kita ingin dipuji.
Padahal kalau memilih foto diri yang paling manis menurut kita, justru bisa membuat terjebak sendiri. Seperti kenalan baru yang tetap ragu menyapa disebabkan aslinya berbeda dengan yang difoto. Walaupun dia sudah tahu jerawat difoto mudah dihilangkan dengan komputer.
Sama dengan suami atau istri. Tidak perlu berlebihan memasang foto pasangannya. Untuk apa? Bukankah sudah sering atau setiap hari bertemu? Kita sudah hafal wajah pasangan sebegitu adanya, tidak akan bertambah.
Atau, potret anak. Benar-benar kita periksa hati terdalam. Untuk apa setiap waktu memasang potret anak kita? Terkadang ada yang rajin memasang potret seolah memberitakan perkembangan dan kemampuan anaknya. Jangan sampai kita lupa kalau anak itu ciptaan Allah. Kita bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya, seperti mendidik dengan meneladankan kesalehan pada anak. Bukan dengan memamer-mamerkan potretnya.
Jadi, saudaraku. Boleh-boleh saja memasang potret di media sosial, tetapi jangan berlebihan. Karena selain hati kita sendiri yang kotor, juga berpotensi mengotori hati orang lain yang melihat. Tetap ingat, bahwa kita bersyukur karena nikmat apa pun yang ada, seluruhnya datang dari Allah SWT. (mozaik)